Hal yang mungkin saja selalu kau
sisihkan ketika terpikirkan, karena kamu merasa harus melakukannya. Kamu
katakan pada dirimu sendiri, ‘menjadi manusia baik salah satunya harus melewati
yang ini’. Lalu kemudian semua terjadi berulang kali.
Mengalah bukan berarti kalah, bila kau
melihat melakukannya adalah sebuah kemenangan. Tetapi ketika itu telah menjadi
kebiasaanmu, bagaimana itu bukan sebuah kekalahan? Dan kemudian kau tertunduk
di bawah langit kelabu. Bertanya, ‘mengapa harus aku, lagi-lagi?’
Aku meyakini tidak lah mudah menjadi
‘si baik hati’ di segala musim. Menjadi ‘si penyabar’ di segala kenyataan.
Menjadi ‘si bodoh’ di segala kebahagiaan milik orang lain. Maka dari itu, Tuhan
menciptakan perasaan agar kita bisa merasakan apa yang ‘baik’ dan bagian
‘buruk’ mana yang harus ditinggalkan. Tapi meninggalkan yang satu ini terkadang
terasa seperti menghianati diri sendiri.
Seorang anak perempuan kecil berlari ke
arah ibunya, merengek sebuah logam 500 rupiah untuk membeli sebutir permen.
Lalu sang ibu berkata, kau telah menghabiskan 2 butir 500 sepanjang siang, dan
itu belum cukup? / aku bukan menghabiskannya ibu, aku baru menggunakan sebutir
500 dan sebutir 500 yang lain hilang./ lalu sang ibu memanggil sang kakak,
berapa butir 500 yang kau punya? Sang kakak dengan semangat bicara, aku punya 2
butir yang utuh ibu!/ kalau begitu beri satu butir untuk adikmu./ Tapi ini
punyaku, sebutir yang kupunya ingin kusimpan di celengan babiku. Dan aku tidak
ingin menghilangkannya./ Sang Ibu bertolak pinggang lalu berucap, Ini bukan
permohonan, ini perintah. Adikmu menghilangkan satu miliknya. Dan kau masih
punya dua. Dan ibu tidak berniat mengeluarkan butir lain yang baru.
Saya
tau ‘mengalah’ yang telah banyak ‘kakak’ berikan pada adiknya. Mereka mungkin
melakukannya karena terpaksa. Mereka merasa terpaksa melakukannya, karena
mereka belum mengerti. Tapi itu bukan terpaksa, jika pada akhirnya kau
benar-benar melakukannya. Bagiku tidak ada yang terpaksa dalam hidup ini. Semua
yang terjadi adalah sebuah porsi yang harus kau makan dengan baik, agar tak
merusak pencernaanmu.
Semua yang berani mengalah adalah
seorang pahlawan. Tetapi semua yang terjebak di dalamnya bukan lah pahlawan
yang jelek. Mereka cukup baik untuk melalui hidup. Hingga akhirnya mereka akan
bahagia dengan porsi-nya.
Jika sudah terlanjur terjebak, dan
tidak ada jalan keluar. Bukan berarti kau tidak bisa menciptakan bahagia di
tempat yang lain. Kau hanya perlu belajar berkata ‘tidak’ sewaktu-waktu. Dan
bilang, ‘Ini giliranku. Kau hanya perlu menunggu hingga giliranmu datang
kembali.’